Minggu, 28 Maret 2010

CSR Sebagai Strategi Perusahaan Menghadapi Krisis Global

Penggunaan istilah Tanggungjawab Sosial Perusahan atau Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin meningkatnya praktek tanggung jawab sosial perusahaan, dan diskusi-diskusi global, regional dan nasional. CSR saat ini juga tengah menjadi inovasi bagi hubungan dengan masyarakat (dalam arti luas) sekitarnya di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Konsep CSR dikenal sejak tahun 1970an sebagai kumpulan kebijakan yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen badan usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan.



Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) (Hardinsyah, 2007), CSR adalah komitmen untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; berkerja dengan para karyawan dan keluarganya, masyarakat setempat dan masyarakat secara luas dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Vasin, Heyn & Company (2004) dalam Hardinsyah (2007) merumuskan definisi CSR sebagai kesanggupan untuk berkelakuan dengan cara-cara yang sesuai azas ekonomi, sosial dan lingkungan dengan tetap mengindahkan kepentingan langsung dari stakeholder. Sedangkan A+ CSR Indonesia mendefinisikan CSR sebagai upaya sungguh-sungguh dari perusahaan untuk meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingannya, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Dunia saat ini sedang menghadapi krisis global, tidak hanya bersumber pada krisis ekonomi yang semakin hari semakin terasa dampaknya, tapi juga terjadinya krisis lingkungan, sosial, pangan, dan energi. Namun ditengah berbagai terpaan krisis global tersebut, tentu penerapan CSR sebagai sebuah standar beroperasinya perusahaan dapat menjadi salah satu jalan atau upaya untuk turut mengurangi dampak dari krisis tersebut.

CSR sebagai salah satu strategi perusahaan yang mengintegrasikan implementasi triple bottom line (people-planet-profit) menuju bisnis dan pembangunan berkelanjutan. John Elkington (1997) merumuskan Triple Bottom Line (TBL) atau tiga fokus utama perusaaan dalam beroperasi, yaitu manusia dan masyarakat, ekonomi dan lingkungan atau juga terkenal dengan sebutan people, profit and planet (3P). Masyarakat tergantung pada ekonomi, dan ekonomi tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global. Ketiga komponen TBL ini tidaklah stabil, melainkan dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan.

Oleh karena itu Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEMA IPB akan menyelenggarakan diskusi terbuka dengan tema :
“Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Strategi Perusahaan Menghadapi Krisis Global”.

Dalam diskusi terbuka ini akan disampaikan para pembicara utama untuk mengangkat 4 (empat) pokok bahasan yang merupakan gagasan dalam praktek CSR sebagai strategi perusahaan menghadapi krisis global untuk pembangunan berkelanjutan, yaitu:
1. Peran Perguruan Tinggi dalam Mempersiapkan SDM di bidang CSR (Prof. Dr. Hardinsyah, Dekan FEMA IPB)
2. Peluang dan Tantangan Penerapan CSR di Indonesia (Jalal, Direktur A+ CSR Indonesia)
3. CSR sebagai Strategi Perusahaan dan Perannya dalam Mengatasi Masalah Kemiskinan (Suwandi, Vice President CSR PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk)
4. CSR sebagai Strategi Perusahaan dan Perannya dalam Mengatasi Krisis Ekologi (Kuky Permana, Direktur SDM PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

Kegiatan diskusi Terbuka: Let’s CSR on Campus akan diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 18 April 2009, bertempat di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Darmaga – Bogor.

Sumber :
http://www.dikti.org/?q=node/505
29 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar